
RMN ■SIMALUNGUN 20/03/2025
Kota Wisata Danau Toba Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon,Kabupaten Simalungun,Sumut,sudah dua kali dilanda banjir bandang secara berurut-turut dalam kurun waktu 4 tahun berlalu, kejadian awal pada hari Kamis (13 Mei 2021)
Lalu kejadian yang paling parah lagi,bagaikan air bah banjir bandang itu kembali mengamuk pada hari,Minggu (16 Maret 2025).
Kendati tak ada korban jiwa, namun dampak banjir bandang yang secara tiba-tiba mengamuk itu, membawa material lumpur dan batu dengan volume air yang cukup deras dan besar mengalir di Jalan Lintas Parapat sehingga sempat melumpuhkan Jalinsum Parapat.
Ratusan rumah warga dihantam material lumpur dan marerial bebatuan dari Sungai Batu Gaga Parapat.
Akan tetapi dari dua kali kejadian banjirbandang di Parapat, dua perusahaan raksasa di hilir Danau Toba dan sama-sama memanfaatkan air Danau Toba melalui Sungai Asahan,seperti PT PLTA Asahan 1 dan PLTA Asahan 3
hampir tidak pernah berkontribusi sosial guna meringankan beban para korban terdampak banjir bandang ini.
Mungkin karena Manajement, Karyawan dan Material Perusahaan raksasa itu tidak pernah melintasi Jalan Antar Lintas Sumatera (Jalinsum) Parapat, sehingga kepedulian dan nurani mereka tidak ada lagi.
Demikian disampaikan salah seorang warga Parapat, B.Simbolon (52), Rabu (19 Maret 2025).
Hal senada juga disampaikan
Manaor Silalahi, S. Sos
Sekretaris BPBD Kabupaten Simalungun, PLTA Asahan 1 dan PLTA Asahan 3 ini berbeda jauh sekali dengan PT. INALUM.
PT Inalum sudah beberapa kali memberikan bantuan sembako dan perbaikan rumah warga kala itu saat terjadi banjir bandang di Parapat. Itulah menurut catatan kami.
Sebab setiap bantuan sosial, baik donasi dan sembako, pakaian dan lainnya kami catatkan dengan baik, lalu kami pampangkan dipapan kertas penumuman sebelum dibagikan kepada masyarakat terdampak banjir bandang itu.
Kecuali dua perusahaan yang sudah kami sebutkan tadi (PLTA Asahan 1 dan PLTA Asahan 3) bantuannya masih ‘NIHIL’. Ujar Manaor.
Sekedar informasi, bahwa pembangunan proyek Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 3 dengan kapasitas terpasang 2 x 87 MW dimana Pembangunan PLTA yang terletak di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Toba Sumatera Utara ini, ditandai dengan peletakan batu pertama (ground breaking) pembangunan akses jalan (access road) dan base camp oleh Direktur Utama PT PLN (Persero) era Dahlan Iskan bersama Bupati Tobasa kala itu.
Sementara Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan I dengan kapasitas 2×90 Megawatt (MW) ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juli 2010.
PLTA ini dibangun oleh PT Badjradaya Sentranusa (PT BDSN) bekerjasama dengan China Huandian Engineering Corp.
Itu artinya pada Tahun 1996 PT Bajradaya Sentranusa (BDSN) mengajukan permohonan pembangunan PLTA Asahan 1 kepada Pemerintah Indonesia, Pemerintah memberikan hak pembangunan PLTA Asahan 1 kepada BDSN.
Maka bukankah kota wisata Danau Toba Parapat ini tidak berada di Indonesia dan apakah korban banjir bandang ini tidak layak diberi bantuan, walau masyarakat tidak terlalu mengharapkan bantuan itu namun disaat masyarakat kita bersedih akibat bencana alam disitulah uluran tangan para Dermawan,CSR Perusahaan-Perusahaan besar dapat disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan disaat kesulitan, supaya perusahaan anda terberkati dan tetap dalam lindungan Tuhan yang maha kuasa.(*//Rill Chan)